Berikut ini akan dijelaskan petualangan, pelayaran dan
penjelajahan samudra bangsa-bangsa Eropa menuju Kepulauan Nusantara :
a. Spanyol
Orang-orang Spanyol
dapat dikatakan sebagai pelopor dalam pelayaran dan penjelajahan samudra
mencari daerah baru penghasil rempah-rempah di timur (disebut Tanah Hindia).
Mereka diprakarsai oleh Christhoper Columbus. Sebelum berangkat Columbus
menghadap kepada Ratu Isabella untuk mendapat dukungan termasuk fasilitas. Ratu
Isabella mengizinkan dan menyediakan tiga kapal dengan segala perlengkapannya.
Ratu Isabella juga menyediakan hadiah apabila misi Columbus dapat berhasil.
Atas dasar keyakinan
bahwa bumi itu bulat maka Columbus dengan rombongannya optimis berhasil
menemukan daerah baru di timur. Pada tanggal 3 Agustus 1492, Columbus berangkat
dari pelabuhaan Spanyol berlayar menuju arah barat. Pada tanggal 6 September
tahun yang sama, rombongan Columbus sampai di Kepulauan Kanari di sebelah barat
Afrika. Ekspedisi penjelajahan samudra dilanjutkan dengan mengarungi lautan
luas yang dikenal ganas, yakni Samudra Atlantik. Salah satu kapalnya rusak.
Para anggota ekspedisi hampir putus asa. Namun Columbus terus memberi semangat
bagi anggota rombongannya. Setelah sekitar satu bulan lebih berlayar, tanggal
12 Oktober 1492 rombongan Columbus berhasil mendarat di pantai bagian dari
Kepulauan Bahama. Columbus mengira bahwa ekspedisinya ini sudah sampai di Tanah
Hindia. Oleh karena itu, penduduk yang menempati daerah itu disebut orang-orang
Indian. Tempat mendarat Colombus ini kemudian dinamakan San Salvador.
Berikutnya rombongan Columbus kembali berlayar dan mendarat di Haiti. Merasa
ekspedisinya telah berhasil maka rombongan Columbus bertolak kembali ke Spanyol
untuk melapor kepada Ratu Isabella. Tahun 1493 Columbus sampai kembali di
Spanyol. Kedatangan Columbus dan rombongan disambut dengan suka cita. Bahkan
dengan keberhasilannya mendarat di Kepulauan Bahama dan Haiti, Columbus diakui
sebagai penemu daerah baru yakni Benua Amerika. Keberhasilan pelayaran
Columbus menemukan daerah baru telah mendorong para pelaut lain untuk
melanjutkan penjelajahan samudra ke timur. Apalagi Columbus belum berhasil
menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Berangkatlah ekspedisi yang dipimpin
oleh Magellan/Magalhaes atau umum menyebut Magelhaens. Ia juga disertai oleh
seorang kapten kapal yang bernama Yan Sebastian del Cano. Berdasarkan
catatan-catatan yang telah dikumpulkan Columbus, Magellan mengambil jalur yang
mirip dilayari Columbus. Setelah terus berlayar Magellan beserta rombongan
mendarat di ujung selatan benua yang ditemukan Columbus (Amerika). Di tempat
ini terdapat selat yang agak sempit yang kemudian dinamakan Selat Magellan.
Melalui selat ini rombongan Magellan terus berlayar meninggalkan
Samudra Atlantik dan memasuki Samudra Pasifik dengan lautan yang relatif
tenang. Setelah sekitar tiga bulan lebih rombongan Magellan berlayar akhirnya
pada Maret 1521 Magellan mendarat di Pulau Guam. Rombongan Magellan kemudian
melanjutkan penjelajahannya dan pada April 1521 sampai di Kepulauan Massava
atau kemudian dikenal dengan Filipina. Magellan menyatakan bahwa daerah yang
ditemukan ini sebagai koloni Spanyol.
Tindakan Magellan dan
rombongan ini mendapat tantangan penduduk setempat (orang-orang Mactan).
Terjadilah pertempuran antara kedua belah pihak. Dalam pertempuran dengan
penduduk setempat itu rombongan Magellan terdesak bahkan Magellan sendiri
terbunuh. Rombongan Magellan yang selamat segera meninggalkan Filipina. Mereka
di bawah pimpinan Sebastian del Cano terus berlayar ke arah selatan. Pada tahun
1521 itu juga mereka sampai di Kepulauan Maluku yang ternyata tempat penghasil
rempah-rempah. Tanpa berpikir panjang kapal-kapal rombongan del Cano ini
dipenuhi dengan rempah-rempah dan terus bertolak kembali ke Spanyol. Dikisahkan
bahwa atas petunjuk pemandu orang Indonesia kapal-kapal rombongan del Cano ini
berlayar menuju ke arah barat, sehingga melewati Tanjung Harapan di Afrika
Selatan dan diteruskan menuju Spanyol. Dengan penjelajahan dan pelayaran yang
dipimpin oleh Magellan itu maka sering disebut-sebut bahwa tokoh yang berhasil
mengelilingi dunia pertama kali adalah Magellan. Dalam kaitannya dengan
pelayaran dan penjelajahan samudra itu ada pendapat yang menarik dari Menzies,
seorang perwira angkatan laut Inggris. Ia menegaskan bahwa yang berhasil
mengelilingi dunia pertama kali adalah armada Cina yang dipimpin oleh Panglima
Zheng He (Cheng Ho) pada tahun 1421. Zheng He adalah seorang kasim kepercayaan
Kaisar Cina dari Dinasti Ming yang bernama Zhu Di atau Yong Le. Dijelaskan oleh
Menzies bahwa Zheng He bersama armadanya telah berlayar mengelilingi dunia
dengan berpedoman pada peta-peta kuna yang dibuat oleh para kartografer Cina
dan juga beberapa peta yang dibuat misalnya oleh Fra Mauro (orang Italia), dan
yang dibuat oleh Piri Reis (orang Turki).
b.
Portugis
Berita keberhasilan
Columbus menemukan daerah baru, membuat penasaran raja Portugis (sekarang
terkenal dengan sebutan Portugal), Manuel l. Dipanggillah pelaut ulung Portugis
bernama Vasco da Gama untuk melakukan ekspedisi menjelajahi samudra mencari
Tanah Hindia. Vasco da Gama mencari jalan lain agar lebih cepat sampai di Tanah
Hindia tempat penghasil rempah-rempah. Kebetulan sebelum Vasco da Gama
mendapatkan perintah dari Raja Manuel l, sudah ada pelaut Portugis bernama
Bartholomeus Diaz melakukan pelayaran mencari daerah Timur dengan menelusuri
pantai barat Afrika. Pada tahun 1488 karena serangan ombak besar terpaksa
Bartholomeus Diaz mendarat di suatu Ujung Selatan Benua Afrika. Tempat tersebut
kemudian dinamakan Tanjung Harapan. Ia tidak melanjutkan penjelajahannya tetapi
memilih bertolak kembali ke negerinya.
Pada Juli 1497 Vasco
da Gama berangkat dari pelabuhan Lisabon untuk memulai penjelajahan.
Berdasarkan pengalaman Bartholomeus Diaz itu, Vasco da Gama juga berlayar
mengambil rute yang pernah dilayari Bartholomeus Diaz. Rombongan Vasco da Gama
juga singgah di Tanjung Harapan. Atas petunjuk dari pelaut bangsa Moor yang
telah disewanya, rombongan Vasco da Gama melanjutkan penjelajahan, berlayar
menelusuri pantai timur Afrika kemudian berbelok ke kanan untuk mengarungi
Lautan Hindia (Samudra Indonesia). Pada tahun 1498 rombongan Vasco da Gama
mendarat sampai di Kalikut dan juga Goa di pantai barat India. Ada pemandangan
yang menarik dari kedatangan rombongan Vasco da Gama ini. Mereka ternyata sudah
menyiapkan patok batu yang disebut batu padrao. Batu ini sudah diberi
pahatan lambang bola dunia. Setiap daerah yang disinggahi kemudian dipasang
patok batu padrao sebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan itu milik
Portugis. Bahkan di Goa, India Vasco da Gama berhasil mendirikan kantor dagang
yang dilengkapi dengan benteng. Atas kesuksesan ekspedisi ini maka oleh Raja
Portugis, Vasco da Gama diangkat sebagai penguasa di Goa atas nama pemerintahan
Portugis. Setelah beberapa tahun tinggal di India, orang-orang Portugis
menyadari bahwa India ternyata bukan daerah penghasil rempah-rempah. Mereka
mendengar bahwa Malaka merupakan kota pusat perdagangan rempah-rempah. Oleh
karena itu, dipersiapkan ekspedisi lanjutan di bawah pimpinan Alfonso de
Albuquerque. Dengan armada lengkap Alfonso de Albuquerque berangkat untuk
menguasai Malaka. Pada tahun 1511 armada Portugis berhasil menguasai Malaka. Dengan
demikian kekuatan Portugis semakin mendekati Kepulauan Nusantara. Orang-orang
Portugis pun segera mengetahui tempat buruannya “mutiara dari timur” yakni di
Kepulauan Nusantara, khususnya di Kepulauan Maluku. Perlu
ditambahkan bahwa dengan dikuasainya Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 telah
menyebabkan perdagangan orang-orang Islam menjadi terdesak. Para pedagang Islam
tidak lagi bisa berdagang dan keluar masuk kawasan Selat Malaka, karena
Portugis melakukan monopoli perdagangan. Akibatnya para pedagang Islam harus
menyingkir ke daerah-daerah lain. Tindakan Portugis yang memaksakan monopoli
dalam perdagangan itu telah mendapatkan protes dan perlawanan dari berbagai
pihak. Sebagai contoh pada tahun 1512 terjadi perlawanan yang dilancarkan
seorang pemuka masyarakat yang bernama Pate Kadir (Katir). Pate Kadir merupakan
tokoh masyarakat yang sangat pemberani. Ia melancarkan perlawanan terhadap
keserakahan Portugis di Malaka. Dalam melancarkan perlawanan ini Kadir berhasil
menjalin persekutuan dengan Hang Nadim. Perlawanan Pate Kadir terjadi di laut
dan kemudian menyerang pusat kota. Tetapi ternyata dengan kekuatan senjata yang
lebih unggul, pasukan Kadir dapat dipukul mundur. Kadir semakin terdesak dan
kemudian berhasil meloloskan diri sampai ke Jepara dan selanjutnya ke Demak.
Tindak monopoli yang
dipaksakan Portugis juga mendapatkan protes dari penguasa Kerajaan Demak. Demak
telah menyiapkan pasukan untuk melancarkan perlawanan terhadap Portugis di
Malaka. Pasukan Demak ini dipimpin oleh putera mahkota, Pati Unus. Pasukan
Demak ini semakin kuat setelah bergabungnya Pate Kadir dan pengikutnya. Tahun
1513 pasukan Demak yang berkekuatan 100 perahu dan ribuan prajurit mulai
melancarkan serangan ke Malaka. Tetapi dalam kenyataannya kekuatan pasukan
Demak dan pengikut Kadir belum mampu menandingi kekuatan Portugis, sehingga
serangan Demak ini juga belum berhasil. Posisi Portugis menjadi semakin kuat.
Portugis terus berusaha memperluas monopolinya, sampai kemudian sampai ke
Indonesia.
c. Belanda
Mendengar keberhasilan
orang-orang Spanyol dan juga Portugis dalam menemukan daerah baru, apalagi
daerah penghasil rempah-rempah, para pelaut dan pedagang Belanda tidak mau
ketinggalan. Tahun 1594 Barents mencoba berlayar untuk mencari dunia Timur atau
Tanah Hindia melalui daerah kutub utara. Karena keyakinannya bahwa bumi bulat
maka sekalipun dari utara atau barat akan sampai pula di timur. Ternyata
Barents tidak begitu mengenal medan. Ia gagal melanjutkan penjelajahannya
karena kapalnya terjepit es mengingat air di kutub utara sedang membeku.
Barents terhenti di sebuah pulau yang disebut Novaya Zemlya. Ia berusaha
kembali ke negerinya, tetapi ia meninggal di perjalanan.
Pada tahun 1595
pelaut Belanda yang lain yakni Cornelis de Houtman dan Piter de Keyser memulai
pelayaran. Kedua pelaut ini bersama armadanya dengan kekuatan empat kapal dan
249 awak kapal beserta 64 pucuk meriam melakukan pelayaran dan penjelajahan
samudra untuk mencari tanah Hindia yang dikenal sebagai penghasil
rempah-rempah. Cornelis de Houtman mengambil jalur laut yang sudah biasa
dilalui orang-orang Portugis. Tahun 1596 Cornelis de Houtman beserta armadanya
berhasil mencapai Kepulauan Nusantara. Ia dan rombongan mendarat di Banten.
Sesuai dengan niatnya untuk berdagang maka kehadiran Cornelis de Houtman diterima
baik oleh rakyat. Waktu itu di Kerajaan Banten bertepatan dengan masa
pemerintahan Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir. Dengan melihat pelabuhan
Banten yang begitu strategis dan adanya hasil tanaman rempah-rempah di wilayah
itu Cornelis de Houtman berambisi untuk memonopoli perdagangan di Banten.
Dengan kesombongan dan kadang-kadang berlaku kasar, orang-orang Belanda
memaksakan kehendaknya. Hal ini tidak dapat diterima oleh rakyat dan penguasa
Banten. Oleh karena itu, rakyat mulai membenci bahkan kemudian mengusir
orang-orang Belanda itu. Cornelis de Houtman dan armadanya segera meninggalkan
Banten dan akhirnya kembali ke Belanda.
Ekspedisi
penjelajahan berikutnya segera dipersiapkan untuk kembali menuju Kepulauan
Nusantara. Rombongan kali ini dipimpin antara lain oleh van Heemskerck. Tahun
1598 van Heemskerck dengan armadanya sampai di Nusantara dan juga mendarat di
Banten. Heemskerck dan anggotanya bersikap hati-hati dan lebih bersahabat.
Rakyat Banten pun kembali menerima kedatangan orang-orang Belanda. Belanda
mulai melakukan aktivitas perdagangan. Kapal-kapal mereka mulai berlayar ke
timur dan singgah di Tuban. Dari Tuban pelayaran dilanjutkan ke timur menuju
Maluku. Di bawah pimpinan Jacob van Neck mereka sampai di Maluku pada tahun
1599. Kedatangan orang-orang Belanda ini juga diterima baik oleh rakyat Maluku.
Kebetulan waktu itu Maluku sedang konflik dengan orang-orang Portugis.
Pelayaran dan perdagangan orang-orang Belanda di Maluku ini mendapatkan
keuntungan yang berlipat. Dengan demikian semakin banyak kapal-kapal dagang
yang berlayar menuju Maluku.
Uraian
tersebut menunjukkan bahwa rakyat Indonesia senantiasa mau bersahabat dan
berdagang dengan siapa saja atas dasar persamaan. Tetapi kalau para pedagang
asing itu ingin memaksakan kehendak dan melakukan monopoli perdagangan di
wilayah Nusantara tentu harus ditolak karena tidak sesuai dengan martabat
rakyat Indonesia yang ingin berdaulat dalam hidup dan kehidupan termasuk dalam
kegiatan perdagangan.
d. Inggris
Perlu dipahami bahwa setelah Portugis
berhasil menemukan kepulauan Maluku, perdagangan rempah-rempah semakin meluas.
Dalam waktu singkat Lisabon berkembang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah
di Eropa Barat. Dalam kaitan ini Inggris dapat mengambil keuntungan besar dalam
perdagangan rempah-rempah karena Inggris mendapatkan rempah-rempah secara bebas
dan relatif murah di Lisabon. Rempah-rempah itu kemudian diperdagangkan di
daerah-daerah Eropa Barat bahkan sampai di Eropa Utara. Tetapi karena Inggris
terlibat konflik dengan Portugis sebagai bagian dari Perang 80 Tahun, maka
Inggris mulai mengalami kesulitan untuk mendapatkan rempah-rempah dari pasar
Lisabon. Oleh karena itu, Inggris kemudian berusaha mencari sendiri negeri
penghasil rempah-rempah. Banyak anggota masyarakat, para pelaut dan pedagang
yang tidak melibatkan diri dalam perang justru mengadakan pelayaran dan
penjelajahan samudra untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Dalam
pelayarannya ke dunia Timur untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah,
Inggris sampai ke India. Para pelaut dan pedagang Inggris ini masuk ke India
pada tahun 1600. Inggris justru memperkuat kedudukannya di India. Inggris
membentuk kongsi dagang yang diberi nama East India Company (EIC). Dari
India inilah para pelaut dan pedagang Inggris berlayar ke Kepulauan Nusantara
untuk meramaikan perdagangan rempah-rempah. Bahkan pada tahun 1811 pernah
memegang kendali kekuasaan di Tanah Hindia. Di samping ekspedisi tersebut, ada
beberapa rombongan pelaut Inggris yang melewati jalur yang pernah ditempuh para
pelaut Spanyol. Misalnya kelompok Pelgrim Father yang merupakan kelompok pelaut
Inggris yang menggunakan Kapal Mayflower. Tahun 1607 kelompok Pilgrim Father
berhasil mendarat di Amerika bagian Utara. Mereka kemudian membangun koloni di
Amerika Utara di Massachusetts.